MENGHAMILI SUSTER POLOS

Menghamili Suster Polos

Menghamili Suster Polos

Blog Article

sekali disertai petir yang menyambar, di depan pintu kamar periksa ada pak Yoga, dia seorang dokter
yang sedang piket terlihat dia sedang asyk membaca buku. Umurnya yang kepala tiga masih nampak cakep
dan gagah.

Hampir delapan tahun dia bekerja di rumah sakit ini, dia mempunyai istri yang masih muda dikarunia dua
anak yang masih lucu lucu, karena sudah delpan tahun bekerja disini maka kesepian udah menjadi
makanannya setiap hari apabila dia saat jaga terdengar suara aneh sosok bayangan tapi hal itu di buat
biasa karena sudah kebal.

Pak dokter Yoga masih terus juga membaca buku yang sengaja dia bawa dari rumah. Hening sekali suasana
di sana, bunyi yang terdengar hanya bunyi rintik hujan, angin. Tak lama kemudian terdengar bunyi lain
di lorong itu, sebuah suara orang melangkah, suara itu makin mendekat sehingga mengundang perhatian
dokter itu.

“Siapa tuh ya, malem-malem ke sini ?” tanya dokter Yoga dalam hati.

Suara langkah makin terdengar, dari tikungan lorong muncul lah sosok itu, ternyata seorang gadis
cantik berpakaian perawat dan berjilbab lebar. Di luar seragamnya dia memakai jaket cardigan pink
berbahan wol untuk menahan udara dingin malam itu. Suster itu ternyata berjalan ke arahnya.

“Permisi, Pak” sapanya pada Yoga dengan tersenyum manis.

“Malam Sus, lagi ngapain nih malem-malem ke sini” balas Yoga.

“Ohh…hehe…anu Pak abis jaga malam sih, tapi belum bisa tidur, makannya sekalian mau keliling-keliling
dulu”

Dokter Yoga bingung sebab tidak tahu kalau suster itu juga jaga. Maka Yoga bertanya, “Oh iya kok saya
rasanya baru pernah liat Sus disini yah ?” tanya Yoga.

“Iya Pak, saya baru pagi tadi sampai disini, pindahan dari rumah sakit *****” jawabnya, “jadi sekalian
mau ngenal keadaan disini juga

“Oo…pantes saya baru liat, baru toh” kata Pak dokter Yoga.

“Emang bapak kira siapa ?” tanyanya lagi sambil menjatuhkan pantatnya pada bangku panjang dan duduk di
sebelah Yoga.

“Wow, hoki gua” kata pria itu dalam hati kegirangan.

“Dikirain suster ngesot yah, hahaha” timpal dokter Yoga mencairkan suasana. “Hehehe dikira suster
ngesot, nggak taunya suster cantik” sambung Yoga lagi tertawa untuk menghangatkan suasana.

“Kalau ternyata memang iya gimana Pak” kata gadis itu dengan suara pelan dan kepala tertunduk yang
kembali membuat pria itu merasa aneh.

Tiba-tiba gadis itu menutup mulutnya dengan telapak tangan dan tertawa cekikikan.
“Hihihi…bapak dokter ini lucu ah, sering jaga malam kok digituin aja takut” tawanya.

“Wah-wah suster ini kayanya kebanyakan nonton film horror yah, daritadi udah dua kali bikin kita nahan
napas aja” kata Pak Yoga.

“Iya nih, suster baru kok nakal ya, awas Bapak laporin loh” kata Yoga menyenggol tubuh samping gadis
itu. Sebentar kemudian suster itu baru menghentikan tawanya, dia masih memegang perutnya yang
kegelian.

“Hihi…iya-iya maaf deh pak, emang saya suka cerita horror sih jadi kebawa-bawa deh” katanya.

“Sus kalau di tempat gini mending jangan omong macem-macem deh, soalnya yang gitu tuh emang ada loh”
sahut dakter Yoga dengan wajah serius.

“Iya Pak, sori deh” katanya “eh iya nama saya Farah Puspita, panggil aja Farah, suster baru disini,
maaf baru ngenalin diri…emmm Bapak dokter siapa yah?” sambil melihat ke dokter itu.

“Kalau saya Suherman, tapi biasa dipanggil Yoga aja, saya yang jadi dokter jaga di sini malam” pria
setengah baya itu memperkenalkan diri.

“Omong-omong Sus ini sudah lama di RS ini?” tanya si dokter.

“Ya belum sih” kata Suter Farah.

“Pantas baru saya lihat, saya sudah lihat namanya dalam jadwal tapi baru inilah saya lihat orangnya.
Cantik!” kata Yoga sambil memandang wajah cantik yang sedang mengobrol dengannya itu.

Malam itu dokter Yoga merasa beruntung sekali mendapat teman ngobrol seperti suster Farah, biasanya
suster-suster lain paling hanya tersenyum padanya atau sekedar memberi salam basa-basi. Maklumlah
mereka semua tahu kalau dokter Yoga sudah beristri dan punya dua anak.

Mereka pun terlibat obrolan ringan, pria itu tidak lagi mempedulikan buku bacaannya dan mengalihkan
perhatiannya pada suster Farah yang ayu itu. Sejak awal tadi dokter Yoga sudah terpesona dengan gadis
ini.

Pria normal mana yang tidak tertarik dengan gadis berkulit putih mulus berwajah kalem seperti itu,
rambut hitamnya disanggul ke belakang tampak terbayang walau tertutup dengan jilbab panjangnya yang
putihnya, tubuhnya yang padat dan montok itu lumayan tinggi (168 cm), pakaian perawat dengan bawahan
rok panjang itu menambah pesonanya.

Suster Farah sendiri baru berusia 24 tahun dan belum menikah. Untuk gadis secantik Farah sebenarnya
tidak begitu susah mendapat pasangan ditambah lagi dengan bodinya yang montokdan padat, tentu banyak
lelaki yang mau dengannya.

Tapi sejauh ini belum ada pria yang cocok di hati Suster Farah. Sebagai wanita alim berjilbab dia
sangat menjaga pergaulannya dengan lawan jenis. Namun malam ini dia gelisah juga melihat dokter Yoga
yang tampan dan gagah itu.

Sayang dia sudah beristri, keluh Suster Farah dalam hati. Namun hati kecilnya tidak dapat dibohongi
bahwa dia suka pada dokter Yoga itu.

Yoga, si dokter, makin mendekatkan duduknya dengan gadis itu sambil sesekali mencuri pandang ke arah
belahan dadanya membayang di balik baju panjang dan jilbab panjangnya.

Suasana malam yang dingin membuat nafsu pria itu mulai bangkit, apalagi Pak Yoga sudah seminggu tidak
ngentot istrinya karena lagi datang bulan dan walaupun istri Yoga lebih cantik dari Suster Farah, tapi
dalam hal bodinya tentu saja kualitasnya kalah dengan suster muda di sebelahnya ini.

Semakin lama dokter Yoga semakin berani menggoda suster muda yang alim itu dengan guyonan-guyonan
nakal dan obrolan yang menjurus ke porno. Suster Farah sendiri sepertinya hanya tersipu-sipu dengan
obrolan mereka yang lumayan jorok itu.

“Terus terang deh Sus, sejak Sus datang kok disini jadinya lebih hanget ya” kata Yoga sambil
meletakkan tangannya di lutut Farah dan mengelusnya ke atas sambil menarik rok panjang suter berjilbab
itu sehingga pahanya mulai sedikit tersingkap.

“Eh…jangan gitu dong Pak, mau saya gaplok yah ?!” Farah protes tapi kedua tangannya yang dilipat tetap
di meja tanpa berusaha menepis tangan pria itu yang mulai kurang ajar.

“Ah, Sus masa pegang gini aja gak boleh, lagian disini kan sepi gini, dingin lagi” katanya makin
berani, tangannya makin naik dan paha yang mulus itupun semakin terlihat.

“Pak saya marah nih, lepasin gak, bapak kan sudah punya istri, saya itung sampai tiga” wajah Farah
kelihatannya BT, matanya menatap tajam si dokter yang tersenyum mesum.

“Jangan marah dong Sus, mendingan kita seneng-seneng, ya?” sahut Dokter Yoga, entah sejak kapan tiba-
tiba saja pria tidak tau malu itu sudah di sebelahnya .

Dokter jaga itu dengan berani merangkul bahu Farah dan tangan satunya menyingkap rok suster muda itu
di sisi yang lain. Suster itu tidak bergeming, tidak ada tanda-tanda penolakan walau wajahnya masih
terlihat marah.

“Satu…” suster itu mulai menghitung namun orang itu malah makin kurang ajar, dan tangannya makin nakal
menggerayangi paha yang indah itu, “dua…!” suaranya makin serius.

Entah mengapa suster itu tidak langsung beranjak pergi atau berteriak saja ketika dilecehkan seperti
itu. Si pria yang sudah kerasukan nafsu itu menganggapnya sandiwara untuk meninggikan harga diri
sehingga dia malah semakin nafsu.

“Tig…” sebelum suster Farah menyelesaikan hitungannya dan bergerak, si dokteritu sudah lebih dulu
mendekapnya dan melumat bibirnya yang tipis.

“Mmm…mmhh !” suster itu berontak dan mendorong-dorong Yoga berusaha lepas dari dekapannya namun
tenaganya tentu kalah darinya, belum lagi dokter Yoga juga mendekapnya serta menaikkan rokknya lebih
tinggi lagi. Farah merasa hembusan angin malam menerpa paha mulusnya yang telah tersingkap, juga
tangan kasar dokter itu mengelusinya yang mau tak mau membuatnya terangsang.

“Aahh…jangan…mmhh !” Farah berhasil melepaskan diri dari cumbuan si dokter tapi cuma sebentar, karena
ruang geraknya terbatas bibir mungil itu kembali menjadi santapan Yoga.

Lalu tangan Pak Yoga mulai meremas-remas dadanya yang masih tertutup seragam suster dan jilbab
lebarnya – Yoga dapat merasakan kalau tetek suster alai mini masih kencang dan padat pertanda belum
pernah dijamah lelaki lain – sementara tangan satunya tetap mengelus paha indahnya yang menggiurkan.

Farah terus meronta, tapi sia-sia malah pakaian bawahnya semakin tersingkap dan jilbab lebar perawat
itu nyaris copot. Pak Yoga melepaskan jaket cardigan pinknya suster Farah sehingga tinggal baju
seragam perawatnya yang terlihat.

Report this page